Suku Indian Sebagai Suku Yang
Kerap Dipandang sebelah Mata
Suku Indian merupakan penduduk asli Amerika. Namun
jumlah mereka terus menyusut karena terus terdesak oleh perkembangan orang
orang kulit putih yang berdatangan ke Amerika sejak abad ke-15.Suku Indian datang dari Asia lebih dari 20.000 tahun
lalu. Karena mengikuti hewan buruan, mereka mengembara melewati Selat Bering (dulu
tanah genting, kini pemisah titik paling timur Benua Asia dan titik paling
barat Benua Amerika).
Orang Eropa memandang penduduk asli Amerika sebagai satu suku, yakni
Indian. Padahal, ada banyak sekali suku di dataran Amerika yang memiliki nama
masing-masing. Misalnya suku Apache, Mohawk, Blackfoot, dan lain-lain. Sebagian
suku itu tidak mengenal satu sama lain dan memiliki perbedaan budaya. Namun
karena pengaruh pandangan orang kulit putih, dunia pun menganggap penduduk asli
Amerika sama saja sebagai satu suku.
Keunikan
Suku Indian
Suku Indian
memiliki keunikan salah satunya yaitu memiliki bahasa isyarat. Tiap suku Indian mempunyai bahasa sendiri. Meskipun
terdiri atas berbagai suku, mereka bisa saling berkomunikasi dengan bahasa yang dipahami oleh mereka semua.
Selain memiliki bahasa isyarat, Suku Indian adalah
perajin yang terampil. Mereka
membuat pakaian dan
hiasan kepala yang indah. Sepasang sepatu moccasin terbuat dari kulit yang
disetik dan dihiasi dengan tali kulit serta aneka warna manik.
Asal Kata Indian
Sebenarnya yang menciptakan kata Indian
bukanlah suku asli Amerika melainkan Christopher Colombus, sang penjelajah
terkenal dari Eropa. Saat berlayar dan menemukan daratan, ia mengira bahwa
daratan tersebut adalah India (di Asia). Sehingga, dia memanggil suku-suku yang
ditemuinya dengan nama Indian. Orang-orang mengikutinya menggunakan kata Indian
bahkan hingga saat ini, walaupun fakta menunjukkan bahwa penamaan Indian
tersebut sebenarnya berasal dari kekeliruan.
Perlakuan Tidak Adil
Saat
orang-orang Eropa mulai berdatangan ke Amerika untuk mendapatkan emas serta
tujuan lainnya, penduduk asli Amerika menyambut mereka dengan baik. Namun lama
kelamaan lahan serta tanah kelahiran mereka diambil secara perlahan-lahan.
Kemudian terjadi berbagai macam perang dan konflik yang menelan banyak korban
jiwa, sehingga jumlah penduduk suku asli semakin berkurang sementara imigran
kulit putih terus berdatangan. Kebudayaan suku-suku tersebut pun digeser dengan
kebudayaan barat, bahkan mereka harus berbicara dengan bahasa Inggris sehingga
bahasa asli kesukuan terancam punah.
Pada abad
18-19, Pemerintah yang notabene merupakan keturunan kulit putih menerapkan
sebuah kebijakan. Penduduk-penduduk suku asli (Indian) yang masih hidup
terpaksa ditempatkan di wilayah-wilayah tertentu yang dinamakan reservasi.
Tempat tersebut cukup tertinggal dibanding dengan pusat-pusat kota Amerika yang
megah sekarang ini. Kondisi ekonomi, pendidikan, dan geografisnya pun membuat
reservasi kurang layak untuk ditinggali. Akibatnya banyak masyarakat penduduk
Suku Indian yang hidup miskin,stress, dan ada yang menghabiskan hari harinya
dengan mabuk.
Suku Indian Saat ini
Penduduk asli Amerika yang berkulit kecokelatan(merah)
ini kerap kali dipandang sebelah mata baik oleh penduduk Amerika kulit putih
maupun dunia. Mereka dianggap terbelakang dan kuno. Hanya sebagian kecil yang
mendapatkan pekerjaan layak dan menjadi sukses. Tetapi penduduk asli tersebut
tetap berjuang agar hak dan suara mereka didengar oleh segenap warga Amerika,
sama halnya seperti penduduk kulit hitam keturunan Afrika-Amerika.
Nasib
Suku Indian di Benua Amerika bak ditelan bumi, apalagi nasib Indian Muslim,
nyaris tidak terungkap dalam sejarah Amerika. Padahal menurut Mahir
Abdal-Razzaaq El, seorang Muslim dari Suku Indian Cherokee Blackfoot di New
York, AS, saat ini ada sejumlah Muslim yang hidup di dalam kelompok sukunya.
Sayangnya,
sebagian besar masyarakat Amerika justru mengabaikan fakta tersebut. Bahkan,
mereka tidak menyadari adanya kontak antara orang-orang Indian dan umat Islam
pada masa lampau.
“Hubungan
antara Indian dan Islam sudah dimulai oleh para penjelajah Muslim awal yang
mengunjungi daratan Amerika, lebih dari seribu tahun yang lalu. Beberapa di
antara pendatang Muslim itu bahkan akhirnya hidup bersama nenek moyang kami,
penduduk asli Amerika,” tutur Mahir yang bergelar Eagle Sun Walker (Elang
Penapak Matahari)lewat sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Majalah The Message pada 1996
lalu.
Dia
menuturkan, ada banyak dokumen, naskah perjanjian, undang-undang, dan resolusi
yang disahkan antara abad ke-17 dan ke-18 yang menunjukkan berbagai macam
aktivitas komunitas Muslim Indian.
Seperti
Perjanjian Persahabatan yang ditandatangani di Sungai Delaware pada 1787,
misalnya. Kesepakatan antara Abdel-Khak dan Muhammad Ibnu Abdullah tersebut
menjelaskan hak-hak masyarakat Indian di bidang perdagangan, pelayaran maritim,
dan pemerintahan—yang pada waktu itu sejalan dengan Islam.
“Sayangnya
informasi semacam ini sangat jarang diketahui orang banyak karena tidak pernah
disebutkan dalam buku-buku sejarah,” ujar Mahir.
Menurutnya,
banyak istilah yang digunakan oleh komunitas Indian yang dipengaruhi oleh
kata-kata dari bahasa Arab, Persia, dan Ibrani. Bahkan, aturan berbusana yang
melekat pada orang-orang
Indian di
masa lampau, terutama suku Cherokee, juga banyak mendapat sentuhan nilai-nilai
Islami.
“Jika Anda
membuka salah satu buku tua yang berisi tentang pakaian tradisional masyarakat
Cherokee sampai pada 1832, maka Anda akan melihat kaum pria mengenakan sorban,
sedangkan kaum perempuannya memakai penutup kepala yang panjang,” tuturnya.
Tidak
hanya itu, kata Mahir lagi, pemimpin Cherokee terakhir yang hidup pada abad
ke-19 juga memiliki nama Muslim, yaitu Ramadhan Ibnu Wati. Namun, pengaruh
Islam yang pernah tumbuh di kalangan masyarakat Indian tersebut kini
seakan-akan punah. Hari ini, tanah leluhur mereka, benua Amerika, hampir
seluruhnya diwarnai oleh peradaban Barat.
Nah begitulah nasib Suku Indian pada era sekarang. Ternyata Suku Indian
juga ada yang muslim ya! Kita sebagai manusia tentunya harus saling menghargai
dan bertoleransi tinggi. Sekalipun mereka berbeda dengan kita, namun di mata
Tuhan Yang Maha Esa kita sama. Maka jangan lupa selalu berbuat baiklah pada
sesama, hindari permusuhan dan saling menghina.
Mari
kita sama sama telusuri sejarah!