Wednesday, September 12, 2018

Teman sejati?



Siapa Bilang Teman Sejati Itu
“Ada” ?
Di  dalam sebuah kehidupan, kamu pasti bertemu banyak orang dan bersosialisasi dengan mereka bukan? Namun pernahkah kamu berpikir, bahwa ada salah satu dari sekian banyak orang yang selalu ada di sampingmu kapanpun?

    Banyak orang bilang bahwa teman sejati hampir mustahil untuk ditemukan. Menurut saya, teman sejati  tidak ada. 
    Bayangkan saja, teman yang menurutmu selalu ada itu. Sebenarnya pasti ia  ada  karna suatu kepentingan yang membawanya selalu datang . Ketika kepentingan pribadi itu sama dalam hubungan antara satu sama lain kemungkinan terwujud sebuah pertemanan.
   
‘’ Tidak ada teman sejati yang ada hanya kepentingan‘’
Seperti yang dikatakan Kahlil Gibran diatas. Persahabatan,pertemanan, atau apapun itu pasti ada suatu kepentingan. Entah kepentingan pribadi ataupun lainnya.

    Di dunia ini tidak ada teman sejati ataupun musuh sejati. Setiap manusia mempunyai kepentingan yang abadi. Tentu kepentingan tersebut atas izin Allah SWT .
Allah SWT yang selalu ada disaat kita terpuruk jatuh ataupun saat kita sedang senang senangnya. Namun kita seringkali lupa bersyukur atas nikmat yang telah diberikannya.

   Teman sejati itu sebetulnya diri kita sendiri. Tidak ada orang lain. Orang lain akan datang dan pergi. Ada orang lama yang akhirnya dilupakan. Dan ada juga orang baru yang kita baru kenal namun kita anggap seperti teman yang sudah lama bersama.

   Terkadang kamu resah,gundah, dan gelisah. Pasti kamu butuh tempat (seseorang) untuk membagi apa yang ingin kamu ceritakan, salah satunya pada teman dekatmu. Tapi ingat satu hal, sebaik baiknya manusia. Dia tidak luput dari kesalahan. Memang benar kita harus selalu berhusnudzon. Namun kita harus tetap mewanti wanti adanya penyebaran aib, ataupun fitnah terhadap diri kita.
  Karna sebaik baiknya tempat curahan hati. Berceritalah kepada Sang Maha Pembolak balik hati. Karna sesungguhnya Allah adalah tempat kita kembali dan tetaplah berserah diri kepadanya.

Saturday, August 4, 2018


Suku Indian Sebagai Suku Yang
Kerap Dipandang sebelah Mata


     Suku Indian merupakan penduduk asli Amerika. Namun jumlah mereka terus menyusut karena terus terdesak oleh perkembangan orang orang kulit putih yang berdatangan ke Amerika sejak abad ke-15.Suku Indian datang dari Asia lebih dari 20.000 tahun lalu. Karena mengikuti hewan buruan, mereka mengembara melewati Selat Bering (dulu tanah genting, kini pemisah titik paling timur Benua Asia dan titik paling barat Benua Amerika).
   Orang Eropa memandang penduduk asli Amerika sebagai satu suku, yakni Indian. Padahal, ada banyak sekali suku di dataran Amerika yang memiliki nama masing-masing. Misalnya suku Apache, Mohawk, Blackfoot, dan lain-lain. Sebagian suku itu tidak mengenal satu sama lain dan memiliki perbedaan budaya. Namun karena pengaruh pandangan orang kulit putih, dunia pun menganggap penduduk asli Amerika sama saja sebagai satu suku.



   Keunikan Suku Indian


   Suku Indian memiliki keunikan salah satunya yaitu memiliki bahasa isyarat. Tiap suku Indian mempunyai bahasa sendiri. Meskipun terdiri atas berbagai suku, mereka bisa saling berkomunikasi dengan bahasa yang dipahami oleh mereka semua.  
   Selain memiliki bahasa isyarat, Suku Indian adalah perajin  yang terampil. Mereka membuat pakaian dan hiasan kepala yang indah. Sepasang sepatu moccasin terbuat dari kulit yang disetik dan dihiasi dengan tali kulit serta aneka warna manik.

    Asal Kata Indian

Image result for christopher columbus beserta suku indian

     Sebenarnya yang menciptakan kata Indian bukanlah suku asli Amerika melainkan Christopher Colombus, sang penjelajah terkenal dari Eropa. Saat berlayar dan menemukan daratan, ia mengira bahwa daratan tersebut adalah India (di Asia). Sehingga, dia memanggil suku-suku yang ditemuinya dengan nama Indian. Orang-orang mengikutinya menggunakan kata Indian bahkan hingga saat ini, walaupun fakta menunjukkan bahwa penamaan Indian tersebut sebenarnya berasal dari kekeliruan.

     Perlakuan Tidak Adil


      Saat orang-orang Eropa mulai berdatangan ke Amerika untuk mendapatkan emas serta tujuan lainnya, penduduk asli Amerika menyambut mereka dengan baik. Namun lama kelamaan lahan serta tanah kelahiran mereka diambil secara perlahan-lahan. Kemudian terjadi berbagai macam perang dan konflik yang menelan banyak korban jiwa, sehingga jumlah penduduk suku asli semakin berkurang sementara imigran kulit putih terus berdatangan. Kebudayaan suku-suku tersebut pun digeser dengan kebudayaan barat, bahkan mereka harus berbicara dengan bahasa Inggris sehingga bahasa asli kesukuan terancam punah.

       Pada abad 18-19, Pemerintah yang notabene merupakan keturunan kulit putih menerapkan sebuah kebijakan. Penduduk-penduduk suku asli (Indian) yang masih hidup terpaksa ditempatkan di wilayah-wilayah tertentu yang dinamakan reservasi. Tempat tersebut cukup tertinggal dibanding dengan pusat-pusat kota Amerika yang megah sekarang ini. Kondisi ekonomi, pendidikan, dan geografisnya pun membuat reservasi kurang layak untuk ditinggali. Akibatnya banyak masyarakat penduduk Suku Indian yang hidup miskin,stress, dan ada yang menghabiskan hari harinya dengan mabuk.


 Suku Indian Saat ini

 


    Penduduk asli Amerika yang berkulit kecokelatan(merah) ini kerap kali dipandang sebelah mata baik oleh penduduk Amerika kulit putih maupun dunia. Mereka dianggap terbelakang dan kuno. Hanya sebagian kecil yang mendapatkan pekerjaan layak dan menjadi sukses. Tetapi penduduk asli tersebut tetap berjuang agar hak dan suara mereka didengar oleh segenap warga Amerika, sama halnya seperti penduduk kulit hitam keturunan Afrika-Amerika.

    Nasib Suku Indian di Benua Amerika bak ditelan bumi, apalagi nasib Indian Muslim, nyaris tidak terungkap dalam sejarah Amerika. Padahal menurut Mahir Abdal-Razzaaq El, seorang Muslim dari Suku Indian Cherokee Blackfoot di New York, AS, saat ini ada sejumlah Muslim yang hidup di dalam kelompok sukunya.
Sayangnya, sebagian besar masyarakat Amerika justru mengabaikan fakta tersebut. Bahkan, mereka tidak menyadari adanya kontak antara orang-orang Indian dan umat Islam pada masa lampau.
    “Hubungan antara Indian dan Islam sudah dimulai oleh para penjelajah Muslim awal yang mengunjungi daratan Amerika, lebih dari seribu tahun yang lalu. Beberapa di antara pendatang Muslim itu bahkan akhirnya hidup bersama nenek moyang kami, penduduk asli Amerika,” tutur Mahir yang bergelar Eagle Sun Walker (Elang Penapak Matahari)lewat sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Majalah The Message pada 1996 lalu.
Dia menuturkan, ada banyak dokumen, naskah perjanjian, undang-undang, dan resolusi yang disahkan antara abad ke-17 dan ke-18 yang menunjukkan berbagai macam aktivitas komunitas Muslim Indian.
    Seperti Perjanjian Persahabatan yang ditandatangani di Sungai Delaware pada 1787, misalnya. Kesepakatan antara Abdel-Khak dan Muhammad Ibnu Abdullah tersebut menjelaskan hak-hak masyarakat Indian di bidang perdagangan, pelayaran maritim, dan pemerintahan—yang pada waktu itu sejalan dengan Islam.
   “Sayangnya informasi semacam ini sangat jarang diketahui orang banyak karena tidak pernah disebutkan dalam buku-buku sejarah,” ujar Mahir.
Menurutnya, banyak istilah yang digunakan oleh komunitas Indian yang dipengaruhi oleh kata-kata dari bahasa Arab, Persia, dan Ibrani. Bahkan, aturan berbusana yang melekat pada orang-orang
   Indian di masa lampau, terutama suku Cherokee, juga banyak mendapat sentuhan nilai-nilai Islami.
   “Jika Anda membuka salah satu buku tua yang berisi tentang pakaian tradisional masyarakat Cherokee sampai pada 1832, maka Anda akan melihat kaum pria mengenakan sorban, sedangkan kaum perempuannya memakai penutup kepala yang panjang,” tuturnya.
  Tidak hanya itu, kata Mahir lagi, pemimpin Cherokee terakhir yang hidup pada abad ke-19 juga memiliki nama Muslim, yaitu Ramadhan Ibnu Wati. Namun, pengaruh Islam yang pernah tumbuh di kalangan masyarakat Indian tersebut kini seakan-akan punah. Hari ini, tanah leluhur mereka, benua Amerika, hampir seluruhnya diwarnai oleh peradaban Barat.

   Nah begitulah nasib Suku Indian pada era sekarang. Ternyata Suku Indian juga ada yang muslim ya! Kita sebagai manusia tentunya harus saling menghargai dan bertoleransi tinggi. Sekalipun mereka berbeda dengan kita, namun di mata Tuhan Yang Maha Esa kita sama. Maka jangan lupa selalu berbuat baiklah pada sesama, hindari permusuhan dan saling menghina.

 Mari kita sama sama telusuri sejarah!